Langsung ke konten utama

Tugas Mommy Henny Standart Pelayanan Kebidanan 17, 18, 19, 20



BAB 1


PENDAHULUAN



1.1    Latar Belakang
Standar layanan kebidanan merupakan suatu alat organisasi untuk menjabarkan mutu layanan Kebidanan ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang yang terlibat dalam layanan kebidanan akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien, penyedia layanan kebidanan, penunjang layanan kebidanan , ataupun manajemen organisasi layanan kebidanan, dan akan bertanggung gugat dalam menjalankan tugas dan perannya masing-masing.

1.2    Rumusan Masalah
1)      Apa yang dimaksud dengan Standar?
2)      Apa saja syarat Standar?
3)      Apa saja Standar Pelayanan Kebidanan point E. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal pada standar 17, 18, 19, 20

1.3    Tujuan
1)      Mengetahui pengertian Stadar
2)      Mengetahui syarat Standar
3)      Mengetahui standar penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal pada standar 17, 18, 19, dan 20



BAB 2



PEMBAHASAN



2.1    Pengertian Standar
1.    Standar adalah Keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal (Clinical Practice Guideline,1990).
2.    Standar adalah kisaran variasi yang masih dapat diterima (Clinical Practice Guideline,1990).
3.    Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan yang harus dicapai,berkaitan deengan parameter yang telah ditetapkan (Donabedian,1980).
4.    Standar adalah spesifikasi dari fungsi dan tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari pelayanan yang diselenggarakan (Rowland dan Rowland,1983).
5.    Standar adalah tujuan produksi yang numerik,lazimnya ditetapkan secara sendiri namun bersifat meningkat,yang dipakai sebagai pedoman untuk memisahkan yang tidak dapat diterima atau buruk dengan yang dapat diterima atau baik (Brent James,1986).

2.2    Syarat Standar
Suatu standar yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan khusus.Persyaratan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1.    Bersifat jelas
Artinya,dapat diukur dengan baik,termasuk ukuran terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
2.    Masuk akal
Suatu standar yang tidak masuk akal,tidak hanya sulit dimanfaatkan tetapi juga akan menimbulkan frustasi para pelaksana.
3.    Mudah dimengerti
Suatu standar yang tidk mudah dimengerti juga akan menyulitkan tenaga pelaksana sehingga sulit terpenuhi.
4.    Dapat dicapai
Tidak ada gunanya menentukan standar yang sulit karena tidak akan mampu dicapai.Oleh karena itu, dalam menentukan standar,salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah harus sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi yang dimiliki.
5.    Absah
Artinya ada hubungan yang kuat dan dapat didemonstrasikan antara standar dengan sesuatu (misal,mutu pelayanan) yang diwakilinya.
6.    Meyakinkan
Artinya mewakili persyaratan yang ditetapkan.Apabila terlalu rendah menyebabkan persyaratan menjadi tidak berarti.Tetapi apabila terlalu tinggi akan sulit dicapai.
7.    Mantap,spesifik,serta eksplisit.
Artinya tidak dipengaruhi oleh perubahan waktu,bersifat khas dan gamblang.
                                                            (DR.Dr.Azrul Azwar,M.P.H,1994:32-33)

2.3    Standar Pelayanan Kebidanan
Standar  Pelayanan Kebidanan digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktik sehari-hari. Standart pelayanan kebidanan juga dapat digunakan untuk :
1.    Menilai mutu pelayanan
2.    Menyusun rencana diklat bidan
3.    Pengembangan kurikulum pendidikan bidan

Ruang lingkup standar pelayanan kebidanan meliputi 24 standar :
A.  Standar Pelayanan Umum (2 standar)
B.  Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)
C.  Standar Pertolongan Persalinan (4 standar)
D.  Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
E.   Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal (9 standar)



Standar yang kami bahas adalah standar 17, 18, 19, dan 20
Standar 17 : Penanganan Kegawatan pada Eklamsia
Tujuan :
Mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala preeklamsi berat dan memberiakn perawatan yang tepat dan segera dalam penanganan kegawatdaruratan bila ekslampsia terjadi
Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia mengancam, serta merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama.

Standar 18 : Penanganan Kegawatan pada Partus Lama / Macet
Tujuan :
Mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan kegawatdaruratan pada partus lama/macet.
Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya.

Standar 19 : Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor
Tujuan :
Untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vakum ekstraktor.
Pernyataan standar :
Bidan mengenali kapan di perlukan ekstraksi vakum, melakukannya secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanannya bagi ibu dan janin / bayinya.

Standar 20 : Penanganan Retensio Plasenta
Tujuan :
Mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta total / parsial.
Pernyataan standar :
Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan.






BAB 3
PENUTUP


3.1    Simpulan
Standar Pelayanan Kebidanan Dasar adalah norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Standar Pelayanan Kebidananan terdiri dari 24 Standar. Standar 17 : Penanganan Kegawatan pada Eklamsia, Standar 18 : Penanganan Kegawatan pada Partus Lama / Macet, Standar 19 : Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstrator, Standar 20 : Penanganan Retensio Plasenta.
Standar  pelayanan kebidanan digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktik sehari-hari. Standar pelayanan kebidanan juga dapat digunakan untuk:
1.    Menilai mutu pelayanan
2.    Menyususn rencana diklat bidan
3.    Pengembangan kurikulum pendidikan bidan



















DAFTAR PUSTAKA


Al- Assaf. 2009. Mutu  Pelayanan Kesehatan. Jakarta : EGC


Sondakh, Jenny. 2013, Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ceker warna warni

Minggu, 19 januari 2014 Mumpung ada temen yang mau jalan ke sidoarjo, langsung muncul ide buat nitip salah satu kuliner yang lumayan tersohor disana. Ceker Lapindo. Tapi bukan ceker lapindonya yang minta dipesenin. Uda pernah nyoba dan itu makanan cukup sukses bikin saya bersahabat dengan WC :D Kali ini dibawain 3 variasi ceker. Ceker mentega pedas, ceker asam manis, ceker gulai. Setelah dicicip ramai ramai, saya jadi kepengin mengulas kuliner ini. 1. Ceker mentega pedas Ceker dengan kuah coklat bertabur garnish potongan cabe, sepintas mirip ceker lapindo. Tapi yang ini lebih berasa ada mentega (sesuai dengan namanya lah ya). Dan pedasnya nggak terlalu nendang kaya si ceker lapindo. Bagi yang nggak terlalu suka pedas ato mungkin suka pedas tapi nggak kuat ama levelnya ceker lapindo, bisa mencoba versi yang satu ini. 2. Ceker asam manis Dengan kuah ke-pink-an sedikit mengingatkan pada makanan kesukaan saya, capcay. Ada potongan nanas di dalam kuahnya, tentu saja sebagai sumber r

tak seperti kenampakannya

semua yang ada di dunia ini tak lah seperti yang terlihat. yang tertawa belum tentu bahagia. yang menangis juga tak pasti terluka. yang berkilau pun tak selalu tiara. dan tak ada satu makhluk pun yang dapat menilai secara tepat apa yang dirasakan lainnya. karena mereka beda peka dan hanya asal meraba rasa. yang nyata hanya bisa terungkap dari mereka yang berlaku. namun kadang, tak ada yang mau mengerti pada apa yang nyatanya tercipta. mereka yang berlagak mengerti dan mengira lebih tau mana yang terpuji tak pernah peduli bahwa apa yang mereka kira benar belum tentu diterima oleh hati yang merasa. itulah hidup.

Cerita Prajurit

Cerita si prajurit. Yang sudah diatur jalannya sejak lama dan hanya bisa iya tanpa geleng kepala meski tak suka. Cerita si prajurit. Yang sudah lama mengelus dada, menahan luka. Hingga suatu ketika ia merasa ini saatnya untuk tidak karena sudah lelah dicokok saja. Si praurit membantah. Ia menantang. Ia merasa ini tidak benar. Ia meluapkan apa yang dirasa yang selama ini jadi mimpi saja. Si penguasa terhenyak, iba mungkin saja. Penguasa memutuskan tak lagi meminta apa-apa. Entah karena sadar atau kecewa. Penguasa membiarkan si prajurit memilih jalan yang mana. Namun naasnya, saat si prajurit memutar otaknya untuk menemukan jalan mana yang seharusnya Ia tersadar. Ia tersadar akan sesuatu yang datang, yang lebih mengerikan. Si prajurit, tak lagi tau inginnya apa. Si prajurit, tak lagi bisa menentukan mana yang ia suka. Si prajurit, takut melangkah membuka jendela. Si prajurit, ternyata buta. Tak tahu apa-apa. Tak tahu mana-mana.