Sunyi..
Itu suvenir kepergianmu yang masih terbungkus lukaku. Perih yang rapi.
Bahkan sejuta melodi sumbang tak sanggup melebur senyapnya.
Sunyi..
Sahabat yang kau paksa agar aku berkarib. Yang mengajari menguntai nada dalam diam. Yang membantuku mengalun melodi dalam sepi.
Setelah lama saling mengisi, kau lagi lagi masuk.
Tawarkan sejuta melodi indah, buatku lupa bagaimana diamnya sunyi.
Ya, kamu bangkitkan lagi nada nada yang pulas tertidur.
Membuatku ikhlas menari di atas hamparan pecahan kaca yang tragisnya ku tabur sendiri.
Ya memang hanya kamu yang bisa.
Dengan mudahnya membuatku berkawan sunyi dan bunyi sekaligus.
Cuma kamu memang.
Yang mampu merangkai nada dalam diam dan berdiam saat sejuta melodiku mengalun.
Ya! Itu kamu! Bunyi dan sunyiku..
Ku pikir akhirku kamu. Ternyata tak lebih dari seorang penipu. Ku pikir akhirku kamu. Ternyata cuma seorang pemberi harap palsu. Tak mampu otakku mencerna, bagaimana bisa dengan teganya kamu meluka. Menyingkirkanku seakan hama. Lalu tiba-tiba datang menggugah rasa. Lalu pergi lagi sesukanya. Tak lagi tahu aku bagaimana harusnya. Mendendam atau biasa saja ? Ku doakan kamu sadar, bahwa karma itu ada . Sakitku yang sangat tidak biasa, ku doakan nanti kamu juga merasa .
Komentar
Posting Komentar