Langsung ke konten utama

Sepi dan Malam

Kamu tahu betul, aku banyak berkarib dengan sepi.
Aku tidak terlalu gembira di tengah hiruk pikuk.
Aku tidak terlalu suka di antara banyak manusia.
Aku lebih suka berada di lingkaran dengan sedikit kepala.
Hanya aku dan kamu saja contohnya.
Aku lebih suka membagi keluh kesah hanya dengan satu kepala. Kamu.
Selebihnya aku lebih suka berbagi dengan sepi dan tulisan.
Namun mendadak hal itu berubah, semenjak aku dan kamu bukan lagi kita.
Aku tidak nyaman lagi bersantai di dalam sepi.
Aku pun semakin membenci malam, bukan karena tidak adanya kamu yang menemani aku tidur.
Tapi entah kenapa, malam selalu mengundang semua kenangan.
Menghancurkan pertahanan yang susah payah ku bangun sejak pagi.
Membutakan rasionalku dan mengundang kenangan kita berlenggang tanpa peduli jika ia berhasil mengembunkan mataku.
Ya. Semenjak kita tak ada, malam menjadi suatu masa yang mengerikan.
Semenjak kita tak ada, aku mulai sibuk mencari cara mengusir sepi.
Semenjak kita tak ada, aku mati.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ceker warna warni

Minggu, 19 januari 2014 Mumpung ada temen yang mau jalan ke sidoarjo, langsung muncul ide buat nitip salah satu kuliner yang lumayan tersohor disana. Ceker Lapindo. Tapi bukan ceker lapindonya yang minta dipesenin. Uda pernah nyoba dan itu makanan cukup sukses bikin saya bersahabat dengan WC :D Kali ini dibawain 3 variasi ceker. Ceker mentega pedas, ceker asam manis, ceker gulai. Setelah dicicip ramai ramai, saya jadi kepengin mengulas kuliner ini. 1. Ceker mentega pedas Ceker dengan kuah coklat bertabur garnish potongan cabe, sepintas mirip ceker lapindo. Tapi yang ini lebih berasa ada mentega (sesuai dengan namanya lah ya). Dan pedasnya nggak terlalu nendang kaya si ceker lapindo. Bagi yang nggak terlalu suka pedas ato mungkin suka pedas tapi nggak kuat ama levelnya ceker lapindo, bisa mencoba versi yang satu ini. 2. Ceker asam manis Dengan kuah ke-pink-an sedikit mengingatkan pada makanan kesukaan saya, capcay. Ada potongan nanas di dalam kuahnya, tentu saja sebagai sumber r

tak seperti kenampakannya

semua yang ada di dunia ini tak lah seperti yang terlihat. yang tertawa belum tentu bahagia. yang menangis juga tak pasti terluka. yang berkilau pun tak selalu tiara. dan tak ada satu makhluk pun yang dapat menilai secara tepat apa yang dirasakan lainnya. karena mereka beda peka dan hanya asal meraba rasa. yang nyata hanya bisa terungkap dari mereka yang berlaku. namun kadang, tak ada yang mau mengerti pada apa yang nyatanya tercipta. mereka yang berlagak mengerti dan mengira lebih tau mana yang terpuji tak pernah peduli bahwa apa yang mereka kira benar belum tentu diterima oleh hati yang merasa. itulah hidup.

Cerita Prajurit

Cerita si prajurit. Yang sudah diatur jalannya sejak lama dan hanya bisa iya tanpa geleng kepala meski tak suka. Cerita si prajurit. Yang sudah lama mengelus dada, menahan luka. Hingga suatu ketika ia merasa ini saatnya untuk tidak karena sudah lelah dicokok saja. Si praurit membantah. Ia menantang. Ia merasa ini tidak benar. Ia meluapkan apa yang dirasa yang selama ini jadi mimpi saja. Si penguasa terhenyak, iba mungkin saja. Penguasa memutuskan tak lagi meminta apa-apa. Entah karena sadar atau kecewa. Penguasa membiarkan si prajurit memilih jalan yang mana. Namun naasnya, saat si prajurit memutar otaknya untuk menemukan jalan mana yang seharusnya Ia tersadar. Ia tersadar akan sesuatu yang datang, yang lebih mengerikan. Si prajurit, tak lagi tau inginnya apa. Si prajurit, tak lagi bisa menentukan mana yang ia suka. Si prajurit, takut melangkah membuka jendela. Si prajurit, ternyata buta. Tak tahu apa-apa. Tak tahu mana-mana.