Kamu tahu betul, aku banyak berkarib dengan sepi.
Aku tidak terlalu gembira di tengah hiruk pikuk.
Aku tidak terlalu suka di antara banyak manusia.
Aku lebih suka berada di lingkaran dengan sedikit kepala.
Hanya aku dan kamu saja contohnya.
Aku lebih suka membagi keluh kesah hanya dengan satu kepala. Kamu.
Selebihnya aku lebih suka berbagi dengan sepi dan tulisan.
Namun mendadak hal itu berubah, semenjak aku dan kamu bukan lagi kita.
Aku tidak nyaman lagi bersantai di dalam sepi.
Aku pun semakin membenci malam, bukan karena tidak adanya kamu yang menemani aku tidur.
Tapi entah kenapa, malam selalu mengundang semua kenangan.
Menghancurkan pertahanan yang susah payah ku bangun sejak pagi.
Membutakan rasionalku dan mengundang kenangan kita berlenggang tanpa peduli jika ia berhasil mengembunkan mataku.
Ya. Semenjak kita tak ada, malam menjadi suatu masa yang mengerikan.
Semenjak kita tak ada, aku mulai sibuk mencari cara mengusir sepi.
Semenjak kita tak ada, aku mati.
Aku tidak terlalu gembira di tengah hiruk pikuk.
Aku tidak terlalu suka di antara banyak manusia.
Aku lebih suka berada di lingkaran dengan sedikit kepala.
Hanya aku dan kamu saja contohnya.
Aku lebih suka membagi keluh kesah hanya dengan satu kepala. Kamu.
Selebihnya aku lebih suka berbagi dengan sepi dan tulisan.
Namun mendadak hal itu berubah, semenjak aku dan kamu bukan lagi kita.
Aku tidak nyaman lagi bersantai di dalam sepi.
Aku pun semakin membenci malam, bukan karena tidak adanya kamu yang menemani aku tidur.
Tapi entah kenapa, malam selalu mengundang semua kenangan.
Menghancurkan pertahanan yang susah payah ku bangun sejak pagi.
Membutakan rasionalku dan mengundang kenangan kita berlenggang tanpa peduli jika ia berhasil mengembunkan mataku.
Ya. Semenjak kita tak ada, malam menjadi suatu masa yang mengerikan.
Semenjak kita tak ada, aku mulai sibuk mencari cara mengusir sepi.
Semenjak kita tak ada, aku mati.
Komentar
Posting Komentar